Kamis, 11 Agustus 2011

Teori Dakwah


Oleh : N Noeroel                  
Ilmu Dakwah
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".

Tujuan utama dakwah
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Fiqhud-dakwah
Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran
Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.
Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
Dakwah Ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.
Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada"
Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
Menurut bahasa:
adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal pengetahuan atau ma'rifat.
Menurut istilah Syar'i: valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.
  1. Realitas dan Perkembangan Pemikiran Keilmuan Dakwah
Dakwah Islam sebagai usaha dan kegiatan orang beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu ke dalam kenyataan hidup perorangan (fardiyah), keluarga (usrah), kelompok (thafifah), masyarakat (mujtama’) dan Negara (daulah) merupakan kegiatan yang menjadi sebab terbentuknya komunitas dan masyarakat muslim serta peradabannya.
Tanpa adanya dakwah, maka masyarakat muslim tidak dimungkinkan keberadaannya. Dengan demikian, dakwah merupakan pergerakan yang berfungsi mentransformasikan Islam sebagai ajaran (doktrin) menjadi kenyataan tata masyarakat dan peradabannya yang mendasarkan pada pandangan dunia Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sacara substansial dakwah Islam dapat dipandang dari dua sisi : pertama, dakwah sebagai ilmu dan kedua, dakwah sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, dakwah merupakan kesatuan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang antar bagiannya saling berhubungan dan memiliki tujuan tertentu yang bersifat teoritis maupun praktis. Sedangkan dakwah sebagai aktivitas hakikatnya merupakan pergerakan (harakah) transformasi Islam menjadi tatanan kehidupan pribadi, keluarga, jama’ah, ummah dan daulah.
Dalam literatur klasik, pembahasan ilmu dakwah secara sistematis belum dikenal kecuali sebatas dakwah sebagai prinsip-prinsip menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta sebagai kegiatan memelihara dan membina masyarakat Islam. Pembahasan dakwah biasanya dipandang sebagai bagian dari ushuluddin sebagaimana tercermin dalam pembahasan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam mu’tazilah, menjadi bagian pembahasan dalam fiqih sebagaimana tercermin dalam pemikiran Syi’ah dan menjadi bagian muamalah dikalangan Sunni sebagaimana tercermin dalam pemikian al Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin.
Dengan demikian dakwah kepada kebaikan dengan menjalankan fungsi amar ma’ruf nahi mungkar oleh para pakar (ulama) tafsir telah dikaji secara mendalam sebagai kegiatan esensial bagi tegaknya peradaban Islam sebagai perwujudan kebenaran universal dan ditunaikannya tugas khilafah.
Secara khusus Imam al Ghazali pernah mengkaji masalah dakwah dalam kaitannya dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Pendekatannya diwarnai pendekatan aksiologis dan sebagiannya metodologis. Dalam kajiannya sangat jelas menggambarkan betapa kegiatan dakwah merupakan fenomena dalam masyarakat muslim yang menyebabkan terbentuknya masyarakat Islam. Amar ma’ruf nahi mungkar menjadi inti penggerak dalam dinamika masyarakat Islam. Pengkajian dakwah yang lebih kontemporer, mulai memasuki sisi praktis pendekatan epistemologis dalam pengertian sekitar metode pelaksanaan dakwah (praktis). Kajian yang lebih khusus dengan tujuan memahami secara komprehensif mengenai aplikasi sistem strategi, metode, profil mad’u dan hasil-hasil yang dicapai dakwah zaman Nabi SAW dapat dilihat pada karya-karya Syeh Salman bin Fahd al-Audah, Rabi bin Hadi al Madkhali, Amin Ahsan Ishlahi, Ahmad Kan’an, Syeh Munir Muhammad Ghodhban dan Husain bin Muhammad bin Ali Jubir.
  1. Hakikat Dakwah : Usaha Mewujudkan Islam Dalam Kehidupan Masyarakat.
  • Substansi dakwah Islam
Istilah “dakwah” berasal dari kata bahasa Arab da’wah, merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a (madli), yad’u (mudlari’). Berarti seruan, ajakan atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.
Dakwah Islam dalam al-Qur’an merupakan “usaha orang-orang beriman mewujudkan ajaran Islam (system Islam) dalam semua segi kehidupan dalam kehidupan perorangan (fardiyah), keluarga (usrah), kelompok (thafifah), masyarakat (mujtama’) dan Negara (daulah) secara berjama’ah (terorganisir ) dengan system (nidham) dan metode (manhaj) tertentu sampai terwujudnya masyarakat yang berkualitas khaira ummah dan daulah thayyibah. Sehingga Islam menjadi rahmat seluruh alam dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat dalam ridha Allah.
  1. Dimensi Tujuan Dakwah Islam
Tujuan dakwah Islam adalah mewujudkan pribadi muslim, keluarga muslim, jama’ah muslim, masyarakat yang berkualitas khaira ummah dan daulah thayyibah yang menerapkan syari’ah sehingga tercapailah falah dan hasanah di dunia dan di akhirat.
  1. Fungsi Dawah Islam
Fungsi dakwah Islam adalah kandungan tugas dalam dakwah sebagai kesatuan sejumlah subsistem yang saling terkait yang menjadi bagian inheren dari dan yang harus dijalankan oleh sistem dakwah. Fungsi sistem dakwah terdiri dari 6 (enam) fungsi terdiri dari : tabligh, qiyadah (kepemimpinan), ta’dib, hijrah, amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad (qital fi sabilillah).
Lingkup Kajian Dakwah Sebagai Ilmu
Berdasarkan pengertian dan hakikat dakwah Islam, maka obyek ilmu dakwah sebagai berikut :
Obyek ilmu dakwah
Obyek material
Obyek material ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam (dalam al-Qur’an dan Sunnah), sejarah ajaran Islam (hasil ijtihad dan realisasinya dalam sistem pengetahuan, teknologi, sosial hukum, ekonomi, pendidikan dan kemasyaraatan, politik dan kelembagaan Islam).
Obyek formal
Obyek formal ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu sisi obyek formal yang dihadapi umat. Hal-hal yang dipandang bersifat doktrinal dan konseptual dinyatakan secara empirik yang hasilnya dapat dirasakan oleh umat manusia sebagai rahmat Islam dijagat raya (rahmatan lil alamin).
Analisis masalah
Analisis masalah merupakan hubungan dan interaksi antar unsur dalam masing-masing bidang yang secara khusus di kaji dalam ilmu dakwah. Berikut analisis yang di kaji dalam ilmu dakwah mencakup beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
§    Analisis masalah hakikat dakwah dan pemahaman esensi Islam.
§    Analisis masalah tabligh dan silaturrahim (komunikasi) Islam.
§    Analisis masalah model prilaku Islam secara empiris (amal sholeh).
§    Analisis masalah efisiensi dan efektivitas pencapaian sasaran dan tujuan dakwah.
Kegiatan dakwah sebagai fenomena keilmuan
Kegiatan tabligh Islam
Komunikasi dan penyiaran Islam terdiri dari kegiatan pokok : sosialisasi, internalisasi, dan eksternalisasi ajaran Islam dengan menggunakan sarana mimbar dan media massa (cetak dan audio / visual).
Bimbingan dan penyuluhan Islam (ta’dib) terdiri dari kegiatan pokok bimbingan pribadi dan keluarga dengan melakukan penyuluhan Islam sesuai dengan konteks masalah dan pemecahan problem psikologis dengan psikoterapi Islam.
Kegiatan pengembangan masyarakat Islam
Kegiatan pengembangan masyarakat Islam terdiri dari kegiatan pokok : transformasi dan pelembagaan ajaran Islam ke realitas Islam.
Kegiatan manajemen dakwahKegiatan menajemen dakwah Islam terdiri dari kegiatan pokok : penyusunan kebijakan, perencanaan program, pengorganisasian program, monitoring dan evaluasi dakwah.
Untuk tercapainya suatu dakwah selain beberapa hal di atas metode keilmuan dakwah juga perlu diterapkan. Karena metode (Yunani : methodos) adalah suatu cara atau jalan. Maka, metode mengandung arti cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Sifat obyek dalam kajian-kajian menyangkut proses mewujudkan dan transformasi ajaran Islam menjadi realitas ummah dengan kualitas khairul ummah. Dalam proses transformasi meliputi : proses “pembatinan Islam”, proses mewujudkan Islam ke dalam sistem keyakinan fikrah, akhlak dn tindakan nyata pada lingkup fardiyati dan proses “pelembagaan Islam” dalam kehidupan usrah muslim dan jama’ah serta pengelolaan lembaga-lembaga Islam dalam sistem jaringan kerja (amal sholeh) kelembagaan dalam semuya aspek kehidupan. Sifat yang demikian menghendaki matodologis yang lebih komprehensif dan pertisifatif, karena sifat obyeknya menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam hal ini beberapa pilihan metodologis :
§   Metode tafsir maudhu’i
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban al-Qur’an terhadap masalah materi dakwah dan lain-lainnya dengan segala aspeknya.
§  Metode takhrij al-Hadits
Dalam meneliti dakwah dapat digunaan metode takhrij al Hadits terutama dalam merekonstruksi dakwah Nabi dari sumber kitab hadits dan sirah.
Dalam kaitannya dengan konseptualisasi mengenai metode perlu juga diterapkan hakikat. Pandangan Islam tentang hakikat dan kebenaran sebagaimana diproyeksikan oleh sistem konseptual al-Qur’an, dalam kaintannya dengan “makna sesuatu”, maka ilmu berarti : pengenalan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dia dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan tentang “tempat” Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kebenaran.
Berdasarkan hakikat dakwah, obyek formal, analisis masalah antar unsur maka dakwah sebagai obyek formal dan hakikat ilmu, maka ilmu dakwah dapat diberi pengertian : kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah yang dikembangkan umat Islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir yang membahas masalah yang ditimbulkan dalam interaksi antar unsur dalam sistem mewujudkan ajaran Islam dalam semua kenyataan kehidupan manusia dengan maksud memperoleh pemahaman yang tepat mengenai kenyataan dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan pengetahuan yang bermanfaat bagi penegakan tugas dakwah dan khilafah umat Islam.
Berdasarkan hakikat dakwah, obyek formal ilmu dakwah serta analisis masalah interaksi antar unsur dakwah sebagai bagian dari obyek formal, dan pengertian ilmu, maka disiplin ilmu dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama : pertama, disiplin yang memberikan kerangka teknis operasional kegiatan dakwah Islam. Kedua, disiplin yang memberikan kerangka teknis operasional kegiatan dakwah Islam. Bagian pertama memberikan dasar-dasar teoritik dan metodologi keahlian dan disebut ilmu dasar (teoritik) dakwah dan bagian kedua memberikan kemampuan teknis keahlian profesi dan disebut ilmu terapan / teknis operasional dakwah (teknologi dakwah).
  1. Ancangan Pengembangan Teori Dakwah
Dalam mengembangkan dakwah sebagai ilmu terasa sangat tidak mungkin tanpoa dibarengi dengan adanya penemuan dan pengembangan kerangka teori dakwah. Secara akdemik dengan adanya teori dakwah maka dapat dilakukan generalisasi atas fakta-fakta dakwah, memandu analisis dan klasifikasi fakta dakwah, memahami hubungan antar variabel dakwah, menaksir kondisi dan masalah dakwah baru seiring dengan perubahan sosial di masa yang akan datang. Dengan ditemukannya teori-teori dakwah yang telah menyebabkan keberhasilan dakwah masa lalu (dengan penelitian reflektif-penafsiran maudhu’i), tarikh dakwah dapat diuji kembali relevansi teori dengan fakta dakwah yang ada pada saat sekarang (dengan metode riset dakwah partisipatif) dan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan (dengan metode riset kecenderungan gerakan dakwah).
Berdasarkan obyek, hakikat dan analisis masalah serta ancangan pengembangn teori dakwah maka perlu adanya suatu teori medan dakwah. Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u pada saat permulaan pelaksanaan dakwah Islam. Lain dari pada itu ada beberapa tahapan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya yang dapat dibagi menjadi beberapa tahapan : pertama, tahap pembentukan (takwin), kedua, tahap penataan (tandhim) dan ketiga, tahap perpisahan dan pendelegasian amanah dakwah kepada generasi penerus dalam haji wada’. Pada setiap tahap memiliki karakteristik kegiatan dengan tantangan khusus dengan model pemecahan yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan uraian yang mendahului, terutama adanya empat aktivitas pokok dalam dakwah Islam, kemungkinan epistemologinya dan disiplin keilmuannya, maka dalam dakwah Islam ada 4 keahlian / profesi yang terdiri dari ahli tabligh Islam (penyiaran dan penerangan Islam, dakwah bil lisan, aksi amal sholeh, pelembagaan nilai Islam) dan manajemen dakwah (penataan dan kepemimpinan lembaga dakwah). Dengan demikian, jurusan antar program studi untuk menopang kebutuhan keahlian dalam kegiatan dakwah dapat dikualifikasikan menjadi empat jurusan.
Realitas perkembangan pemikiran dakwah Islam sebagai usaha dan kegiatan orang beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu ke dalam kenyataan hidup. Hakikat dakwah merupakan usaha mewujudkan Islam dalam kehidupan masyarakat yang berkualitas khairan ummah dan daulah thayyibah. Sehingga Islam menjadi rahmat seluru alam dalam rangka mencapai kebagiaan hidup di dunia dan akhirat dalam ridho Allah.
Berdasarkan hakikat dakwah, obyek formal, analisis masalah antar unsur maka dakwah sebagai obyek formal dan hakikat ilmu, maka ilmu dakwah dapat diberi pengertian : kumpulan pengetahuan yang berasal dari Allah yang dikembangkan umat Islam dalam susunan yang sistematis dan terorganisir dengan maksud memperoleh pemahaman yang tepat mengenai kenyataan dakwah sehingga akan dapat diperoleh susunan pengetahuan yang bermanfaat bagi penegakan tugas dakwah dan khilafah umat Islam.

1 komentar: